Tak
terasa sudah setahun si “Pinky” menjadi piaraan sy dan setahun adalah waktu yg
lama; sy merasa sudah cukup mengenal si Pinky dan siap memberikan ulasan “neutral” apa adanya sesuai opini sy
pribadi.
Si Pinky ini adalah kendaraan harian istri sy untuk ke pasar dan kadang jemput anak, tugas sy hanya “miara”; ganti oli, service, isi bensin, kontrol angin dan hal-hal lain yg tidak akan pernah dilakukan/dimengerti oleh sang Kapolsek (sebutan lain untuk istri sy). 😊
Saat
ini mileage si Pinky sudah mencapai 9500
Km sekian dan 85% jarak tempuh tersebut adalah dari penggunaan sy saat tidak
menggunakan si Megan Pox. Maklum si Megan sudah mencapai mileage lebih dari 50.000 Km dan saatnya istirahat sejenak…
Hal pertama yg ingin sy ulas perihal si Pinky adalah handling. Untuk handling, rasanya All New Beat ini tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya (Beat FI); ringan, lincah dan responsif. Bobotnya yg hanya 92 kg memberikan kontribusi utama untuk kelincahan serta responsifitasnya. Si Pinky sangat lincah diajak bermanuver di kemacetan Jakarta, selap-selip di antara mobil, dan akselerasinya pun lumayan agresif jika mengingat cc-nya yg hanya 110 cc dan matic pula…
Dari semua poin plus di atas, ada satu keluhan yg sering sy rasakan setelah riding agak jauh bersama si Pinky: Pegal-pegal pada pinggang, dan menurut hemat sy, ini dikarenakan joknya yg tipis dan kurang empuk. Setelah sy pasang cover jok yg banyak dijual di pinggir jalan, alhamdulillah pegal-pegal pada pinggang jauh berkurang.
Untuk ergonomi, bagi sy pribadi secara umum All New Beat ini terasa kekecilan. Tinggi sy yg 170 cm membuat kaki serasa mentok ke dashboard, posisi tangan pun agak nanggung; setangnya terasa kurang tinggi. Tak heran kadang sy merasa seperti sedang duduk di atas dingklik. 😀
Mungkin All New Beat ini menyasar segment pengendara dengan tinggi rata-rata 160cm. Pernah suatu kali sy tanya Kapolsek bagaimana rasanya naik Beat, jawabannya singkat saja, “enak”. Maklum tinggi badan Kapolsek cuma 155cm.
Dari segi desain; sy akui All New Beat ini seperti melompat dari desain-dessain Beat sebelumnya. Lekuk-lekuk tajamnya memberi kesan desain yg futuristic yang berpadu seirama dengan garis-garis lengkung yg memberi kesan elegan. Speedometer-nya juga lumayan cakep dengan panel display digital yang nyempil cantik pada speedo, ini menambah kesan sporty dan modern. Sy akui, nama All New Beat sangat tepat karena dari segi desain, si Pinky telah mendapatkan update yg lumayan fresh, velg depan-belakang pun sy perhatikan memiliki desain yg berbeda dari generasi pendahulunya.
Si Pinky ini adalah kendaraan harian istri sy untuk ke pasar dan kadang jemput anak, tugas sy hanya “miara”; ganti oli, service, isi bensin, kontrol angin dan hal-hal lain yg tidak akan pernah dilakukan/dimengerti oleh sang Kapolsek (sebutan lain untuk istri sy). 😊
![]() |
si Pinky (All New BeAT FI Fusion Magenta Black) |
Hal pertama yg ingin sy ulas perihal si Pinky adalah handling. Untuk handling, rasanya All New Beat ini tidak jauh berbeda dengan generasi sebelumnya (Beat FI); ringan, lincah dan responsif. Bobotnya yg hanya 92 kg memberikan kontribusi utama untuk kelincahan serta responsifitasnya. Si Pinky sangat lincah diajak bermanuver di kemacetan Jakarta, selap-selip di antara mobil, dan akselerasinya pun lumayan agresif jika mengingat cc-nya yg hanya 110 cc dan matic pula…
Dari semua poin plus di atas, ada satu keluhan yg sering sy rasakan setelah riding agak jauh bersama si Pinky: Pegal-pegal pada pinggang, dan menurut hemat sy, ini dikarenakan joknya yg tipis dan kurang empuk. Setelah sy pasang cover jok yg banyak dijual di pinggir jalan, alhamdulillah pegal-pegal pada pinggang jauh berkurang.
Untuk ergonomi, bagi sy pribadi secara umum All New Beat ini terasa kekecilan. Tinggi sy yg 170 cm membuat kaki serasa mentok ke dashboard, posisi tangan pun agak nanggung; setangnya terasa kurang tinggi. Tak heran kadang sy merasa seperti sedang duduk di atas dingklik. 😀
Mungkin All New Beat ini menyasar segment pengendara dengan tinggi rata-rata 160cm. Pernah suatu kali sy tanya Kapolsek bagaimana rasanya naik Beat, jawabannya singkat saja, “enak”. Maklum tinggi badan Kapolsek cuma 155cm.
Dari segi desain; sy akui All New Beat ini seperti melompat dari desain-dessain Beat sebelumnya. Lekuk-lekuk tajamnya memberi kesan desain yg futuristic yang berpadu seirama dengan garis-garis lengkung yg memberi kesan elegan. Speedometer-nya juga lumayan cakep dengan panel display digital yang nyempil cantik pada speedo, ini menambah kesan sporty dan modern. Sy akui, nama All New Beat sangat tepat karena dari segi desain, si Pinky telah mendapatkan update yg lumayan fresh, velg depan-belakang pun sy perhatikan memiliki desain yg berbeda dari generasi pendahulunya.
Terakhir sy ingin membahas konsumsi
BBM. Suatu waktu (saat si Pinky berusia 7 bulan), sy pernah iseng mengetes
konsumsi BBM si Pinky dengan metode full-to-full
untuk mendapatkan jarak tempuh rata-rata 1 liter Pertalite. Dan hasilnya cukup membuat
senang; 60,1 Km untuk 1 liter pertalite dan angka tersebut sudah sesuai klaim
pabrikan yg berkisar di angka 59-63 Km/L BBM. Sayang pengetesan ini tidak disertai
dokumentasi karena tidak ada rencana untuk dipublikasikan di blog.
Rasanya kurang afdol jika sy
memberikan rincian tes konsumsi BBM tanpa disertai foto aktual odometer dengan
angka Km yg telah ditempuh serta jumlah BBM terpakai yg menjadi acuan
penghitungan. Untuk itu, sekali lagi sy lakukan pengetesan dengan detail
sebagai berikut:
Hari 1:
- Sy isi BBM Beat hingga full-tank di mileage 9425,5 km dan membutuhkan 3.05 L Pertalite.
Hari 2:
- Sejak full-tank di Hari 1 si Pinky sy ajak menjelajah dengan riding mode dan beban bervariasi; dari santai 40km/j - 70km/jam, boncengan dengan full-team (kapolsek dan 2 krucil) dan sendirian, namun mayoritas beban adalah berboncengan full-team.
Hari 3:
- Saat display BBM Beat menunjukkan 1 bar sy akhirnya merapat ke SPBU
Pertamina di mana odometer Beat telah
menunjukkan angka 9599,1. Ini berarti si Pinky telah menempuh jarak 173,6 Km sejak full-tank pertama.
- Ketika tangki BBM Beat telah luber
sama seperti saat pengisian di Hari 1, sy cek unit display SPBU menunjukkan angka 3,02 yg berarti 3,02 L Pertalite
telah digunakan oleh si Pinky dalam kurun waktu 2 hari tersebut.
Sekarang
mari
kita cek hasilnya dengan membagi 173,6 (jarak yang
telah ditempuh) dengan jumlah BBM yg terpakai sejak
full-tank
pertama yaitu 3.02 L.
Dan
hasil
rata-ratanya
adalah: dengan 1 liter Pertalite yang dikonsumsinya si Pinky dapat menempuh jarak 57,5 Km. Kali ini agak lebih boros dari klaim pabrikan namun rasanya
wajar karena mayoritas beban lebih dari 100 Kg saat pengetesan dan menurut
hemat sy masih
lumayan iritlah.
Last but not the least… secara keseluruhan sy cukup puas dengan performa si Pinky, tidak
pernah menyulitkan atau memberi masalah yg berarti selama setahun ini. Part pabrikan pun masih awet belum ada
yg minta ganti. Yg selalu sy perhatikan adalah oli mesin dan oli gardan agar
tidak lupa mengganti secara periodik serta menjaga kestandaran area mesin untuk
kenyamanan dan durabilitas.
Semoga
bermanfaat dan salam sejahtera… 😎