Kamis, 15 Februari 2018

DI BALIK TRAGEDI KAPSUL ANTARIKSA SOYUZ 1 RUSIA

Jasad kosmonot Vladimir Komarov dan pejabat militer Rusia
Kisah tragis ini menceritakan tentang seorang kosmonot Rusia yang terperangkap dalam kapsul antariksa Soyuz 1 dan mengetahui bahwa dirinya tidak akan selamat kembali ke bumi. Kegagalan misi ini merupakan akibat dari kekuatan politik tangan besi yang saat itu menguasai Uni Soviet. Demi prestise politik dan atas nama kemajuan teknologi, proyek ini berakhir tragis dan mengorbankan salah satu pilot terbaik yang pernah dimiliki Uni Soviet saat itu, Vladimir Komarov.

Kapsul antariksa Soyuz 1 dibangun secara tidak layak dan kehabisan bahan bakar saat dalam misi kembali ke bumi; parasutnya tidak berfungsi dengan baik dan kosmonot Vladimir Komarov bisa dibilang sedang jatuh dalam kecepatan tinggi menuju bumi. Jasadnya kemudian ditemukan lebur menjadi arang akibat dahsyatnya benturan dan suhu panas saat memasuki lapisan atmosfer bumi.

Di momen-momen terakhir sebelum Soyuz 1 memasuki atmosfer bumi, pos-pos pemantau Amerika di Turki dapat mendengar tangis kemarahan Komarov yang putus asa, "memaki orang-orang yang telah “memaksanya” berada dalam kapsul antariksa yang mematikan tersebut." Dalam percakapan terakhirnya melalui telepon dengan Alexei Kosygin (pejabat tinggi Uni Soviet saat itu) — si pejabat menangis; mengetahui bahwa sang kosmonot akan tewas saat memasuki atmosfer bumi sebelum membentur tanah.

Kisah tragis kematian kosmonot Rusia di tahun 1967 ini telah diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul Starman, ditulis oleh Jamie Doran bersama Piers Bizony. Kedua penulis ini merangkai cerita berdasarkan penuturan yang disampaikan oleh seorang agen KGB, Venyamin Ivanovich Russayev serta dari berita-berita sebelumnya yang ditulis oleh Yaroslav Golovanov di media Rusia Pravda. Versi kisah ini – jika sungguh terjadi – benar-benar mengejutkan.

Buku Starman sendiri bercerita tentang persahabatan antara dua kosmonot, Vladimir Komarov dan pahlawan Soviet Yuri Gagarin, manusia pertama yang berhasil mencapai angkasa luar. Kedua pria ini dikenal sangat dekat satu sama lain. Mereka bersosialisasi, berburu hingga menikmati minuman khas Rusia bersama.

Yuri Gagarin (kiri) sedang berburu bersama Komarov. Sumber: RIA Novosti /Photo Researchers, Inc
Pada tahun 1967, kedua pria ini ditugaskan untuk sebuah misi mengorbit Bumi, keduanya tahu bahwa kapsul luar angkasa yang akan mereka awaki tidak layak untuk diterbangkan. Komarov bahkan memberitahu rekan-rekannya bahwa kemungkinan dirinya akan tewas dalam misi tersebut. Namun Komarov tidak bersedia mundur dari misi, karena jika demikian, sahabatnya Gagarin akan menggantikan posisinya dan Komarov tidak ingin Gagarin menjadi korban.

Cerita ini dimulai sekitar tahun 1967, ketika Leonid Brezhnev, pemimpin otoriter Uni Soviet saat itu memutuskan untuk mempertontonkan sebuah misi spektakuler; pertemuan jarak dekat antara dua pesawat antariksa Soviet di luar angkasa. Ini merupakan ajang pamer kekuatan bagi sebuah negara super power terhadap seterunya saat itu Amerika Serikat.

Rencana ini melibatkan peluncuran kapsul antariksa Soyuz 1 yang diawaki oleh Komarov, kemudian hari berikutnya, kapsul antariksa kedua akan diluncurkan bersama dua kosmonot lainnya. Di ruang angkasa, kedua kapsul ini rencananya akan bertemu dan bergandengan dalam jarak dekat. Kemudian Komarov akan “terbang” dari satu kapsul ke kapsul lainnya untuk bertukar tempat dengan rekannya sesama kosmonot, lalu kembali ke bumi menggunakan kapsul antariksa kedua. Brezhnev berharap ini akan menjadi simbol kemenangan Soviet di hari peringatan 50 tahun revolusi Komunis. Dengan tegas Brezhnev menyatakan bahwa dia ingin misi ini berhasil dan menjadi kenyataan.

Sayangnya misi ambisius ini tidak dipersiapkan dengan matang. Masalah muncul saat Gagarin, pahlawan antariksa Soviet, manusia pertama yang berhasil mencapai angkasa luar, serta beberapa teknisi senior Soviet menemukan 203 masalah struktural saat melakukan inspeksi pada kapsul Soyuz 1 — masalah yang cukup serius yang dapat menyebabkan kapsul ini berbahaya untuk dikendalikan di ruang angkasa. Gagarin menyarankan agar misi ditunda untuk sementara waktu.

Pertanyaannya adalah: Siapa yang berani memberitahu Brezhnev tentang hal ini? Gagarin kemudian menulis memo 10 halaman dan memberikannya kepada agen KGB sahabatnya; Venyamin Russayev untuk diteruskan kepada Brezhnev. Sayangnya, tak seorang pun berani menyampaikannya kepada pemimpin Soviet saat itu. Mereka yang mengetahui memo tersebut, termasuk Russayev sendiri menerima sangsi jabatan, sebagian dipecat bahkan ada yang dibuang ke Siberia.

Dengan waktu yang kurang dari satu bulan sebelum peluncuran, Komarov sadar bahwa penundaan bukanlah sebuah opsi. Dia menemui Russayev, agen KGB yang baru saja mendapat sangsi penurunan jabatan dan mengatakan, "Aku tidak akan selamat kembali ke bumi". Russayev kemudian bertanya kepada Komarov, "kenapa kau tidak menolaknya?" jawaban Komarov saat itu cukup membuat haru: "Jika aku tidak bersedia ditugaskan dalam misi ini, mereka akan menugaskan pilot cadangan". Dan itu adalah Yuri Gagarin. Vladimir Komarov tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi pada sahabatnya. "Yura pastinya", ucap Komarov, "dan dia akan tewas menggantikan posisiku, kita harus melindunginya". Komarov kemudian menangis.

Jurnalis Rusia Yaroslav Golovanov melaporkan bahwa di hari peluncuran tanggal 23 April 1967, Gagarin muncul di situs peluncuran dan bersikeras memakai baju khusus antariksa, namun tak seorang pun mengizinkannya terbang. Golovanov menyebut perilaku ini sebagai "tingkah tak terduga," namun beberapa pengamat beranggapan bahwa saat itu Gagarin mencoba menggantikan posisi pilot Soyuz 1 untuk menyelamatkan nyawa sahabatnya. Namun kapsul antariksa Soyuz akhirnya meninggalkan bumi dengan diawaki oleh Komarov.

Ketika Soyuz 1 mulai mengorbit bumi, beberapa kerusakan mulai terdeteksi. Antena tidak terbuka sepenuhnya, daya dorong tidak berfungsi normal dan terjadi kesulitan dalam navigasi, akhirnya peluncuran di hari berikutnya dibatalkan. Hal terburuk adalah bahwa peluang Komarov untuk kembali ke bumi dengan selamat menjadi sangat tipis.

Saat itu intelijen AS juga memantau perkembangan peluncuran Soyuz 1. Agen Keamanan AS memiliki sebuah fasilitas pemantau di Pangkalan Angkatan Udara AS dekat Istanbul. Laporan waktu itu menyatakan bahwa para pengamat AS mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan misi Soyuz 1, namun mereka tidak bisa menjelaskannya. Dalam hal ini, seorang analis NSA yang disebut sebagai Perry Fellwock dalam buku Starman, mengaku mendengar Komarov berbicara dengan petugas kendali bumi; pasrah mengetahui bahwa dirinya akan tewas dalam misi. Fellwock juga menyebutkan bahwa seorang pejabat Soviet Alexei Kosygin menghubungi Komarov melalui saluran telepon video dan menyampaikan bahwa dia akan gugur sebagai pahlawan. Istri Komarov juga dilibatkan dalam pembicaraan telepon di mana Komarov menyampaikan pesan terakhir untuk anak-anaknya. Kosygin menangis sedih saat itu.

Saat kapsul antariksa Soyuz 1 mulai menukik dan parasutnya gagal terbuka, buku ini menceritakan bagaimana intelijen Amerika "mendengar tangis kemarahan Komarov sesaat sebelum kematiannya."

Disadur oleh penulis dari: http://io9.gizmodo.com/5791437/what-really-happened-to-cosmonaut-vladimir-komarov-who-died-crashing-to-earth-in-1967

* Pernah tayang di UC News per tanggal 13/09/2017 pukul 16:42

Tidak ada komentar: